Sabtu, 08 September 2012
Bagaimana Industri Hiburan Korea Mencetak Idola?
Industri hiburan di Korea berkembang kian subur. Budaya pop Korea, termasuk drama, film, dan musiknya dengan masif menginvasi negara-negara tetangga bahkan menyeberang ke benua Eropa dan Amerika. Iming-iming popularitas dan penghasilan tinggi membuat banyak orang berlomba terjun ke industri ini. Jangan heran jika Anda menjumpai anak usia SD di Korea, ketika ditanya soal cita-citanya, dengan lantang menjawab, “Saya ingin menjadi bintang K-pop.” Jawaban seperti ini kami dapatkan dari seorang bocah perempuan kelas 3 SD yang ikut dalam festival K-pop Rising Star di Kota Goyang, dalam rangkaian liputan Galaxy Superstar kami bersama YS Media. Lantas, saat ditanya mengapa ingin menjadi bintang K-pop, jawaban bocah itu lebih spektakuler lagi, “Hidup ini cuma sekali, maka kita harus jadi orang yang spesial, caranya dengan menjadi bintang K-pop.” Alamak, bocah sekecil itu sudah punya tujuan hidup dan cita-cita sebegitu kuat! Memangnya, apa, sih daya tarik menjadi bintang K-pop? Stigma soal gaya hidup para bintang K-pop sedikit banyak sama dengan artis di Indonesia. Terkenal, cantik dan ganteng, banyak penggemar, diperlakukan istimewa di mana-mana, dan penghasilannya jelas besar. Apa benar hidup para bintang K-pop “seindah” itu? Hmm, sebelum menilainya, Anda harus tahu apa yang harus dilalui seseorang sebelum menjadi bintang K-pop dengan segala kenikmatannya. Di Indonesia, jalan menjadi artis bisa ditempuh dengan berbagai cara. Dari yang sulit dan berliku, hingga cara mudah dan tidak sengaja. Masukkan video ke YouTube, ikut ajang pencarian bakat, bahkan tak sengaja bertemu produser di mal saja sudah bisa menjadi artis. Di Korea, ketidaksengajaan seperti ini bukan tak ada, tetapi tak lazim. Umumnya, para calon artis mesti melalui proses panjang dan berat sebelum bisa menikmati popularitas.Bagaimana prosesnya? Apa saja syarat-syarat agar seseorang bisa menjadi artis? Kim Jin Woo, CEO Rainbow Bridge, perusahaan yang memberi sistem inkubasi dan pelatihan bagi calon artis, membeberkan semuanya kepada kami. Menurut pria yang kami sapa Mr Kim ini, ada banyak syarat yang harus dipenuhi seseorang jika ingin menjadi bintang K-pop, terutama penyanyi. Kemampuan vokal yang baik jelas wajib. Di samping itu, harus memiliki bakat menari, memiliki penampilan yang berpotensi, rasa percaya diri yang tinggi, kepribadian yang baik, dan kecerdasan. “Jika sudah punya wajah cantik dan tampan, itu bagus. Atau paling tidak, minimal penampilannya masih bisa diperbaiki lewat perubahan gaya. Terkadang ada orang yang penampilannya tidak bisa diperbaiki. Kalau sudah begitu mereka harus menjalani operasi plastik, olahraga, dan diet ketat,”kata Kim blakblakan. Melihat banyaknya anak muda Korea yang berambisi menjadi artis, kami bertanya-tanya, apa iya semua anak Korea pasti berbakat menyanyi dan menari? Tidak juga. Mereka yang kemampuannya belum matang, biasanya berlatih di pusat pelatihan semacam kursus. Modern K salah satu tempatnya. Ada sekitar 1.200 murid Modern K yang juga dipimpin Kim Jin Woo, CEO Rainbow Bridges, membayar kursus demi memantapkan kemampuan di bidang musik. Tujuan mereka, tentu agar direkrut menjadi siswa pelatihan di berbagai manajemen artis. “Kami secara rutin memantau mereka; ada level tes setiap 3 bulan sekali. Saat kami melihat mereka sudah cukup layak diinvestasikan dan dikembangkan, kami akan mengambil mereka. Dari sekitar 1.200 murid Modern K, nyatanya yang bisa masuk ke Rainbow hanya sekitar 50 orang,”ungkap Kim. Setelah menjadi siswa pelatihan atau yang populer dengan istilah trainee, kehidupan menjadi calon artis sebenarnya baru dimulai. Menjadi trainee berarti dituntut berkomitmen terhadap perusahaan yang melatih, menjalani latihan sesuai waktu yang ditentukan, dan menaati semua peraturan yang ditetapkan. Aturan umumnya, wajib berlatih 6-8 jam sehari seminggu penuh, tidak boleh bermain, tidak boleh merokok dan minum alkohol, dan jika sudah dibentuk dalam grup mereka diwajibkan tinggal bersama dalam satu asrama. Peraturan ini secara tak langsung menjauhkan mereka dari pergaulan di luar, termasuk soal pacaran. Hal ini diutarakan sekelompok siswa pelatihan Rainbow Bridge, yang sedang disiapkan untuk debut tahun depan. “Kami tidak boleh meninggalkan atau tertinggal jam latihan, tidak boleh bertemu teman-teman di luar, tidak boleh minum alkohol dan merokok. Kami, kan masih muda, masih ingin main, tapi tidak boleh,” ungkap mereka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar