Minggu, 01 Mei 2016

Cinta Diam-Diam

Berawal dari perasaan kagum
Kemudian menjadi suka
Lama-lama menjadi Cinta
Menunggu sekian lama
Himgga perasaan cinta ini luntur
Terkalahkan oleh rasa sakit
Menjadi seperti dulu
Yang hanya sekedar “mengagumi”
Hingga ujungnya berakhir dengan kekecewaan
Dan, perasaan yang luka
Tak ada yang bisa disalahnkan dari ini semua
Tak ada yang bisa membalikkan hati manusia
Kecuali satu yang di Atas Sana
Mungkin hanya harapan dan kenangan manis yang tersisa
Dan bongkahan rasa rindu yang hampa
Rasa sakit yang luar biasa
Dan, rasa cinta yang seakan menggila

Ya, mungkin hanya itu yang tersisa

“Keinginanku untuk membuat tulisan dengan segenap perasaan terkabulkan. Tulisan dengan segenap perasaan kecewa yang membuncah. Kesalahanku adalah mencintainya. Dan, kenyataannya semakin salah karena aku menyimpannya dalam diam.”
-Sofi Nito Amalia, Jatuh Cinta Diam-Diam 2-

Aku masih menyesali segala bentuk perasaan kekanakan yang semakin abstrak dan tak berbentuk ini. Aku bingung harus menyalahkan siapa? Diriku? Dia? Atau keadaan? Bukan, sepertinya caranyalah yang salah. Aku terlalu menikmati cinta ini dalam diam, hingga kadang aku harus menangis dan tertawa sendiri. Terlalu banyak cacian jika aku berbagi kisah membosankan ini pada orang lain. biarkanlah, sang asa yang mendengar. Aku tak berharap ada yang menanggapinya bagai lonceng yang berdenting terkena hempasan angin sore diantara aurora senja. Aku cantik, pikir aurora. Sedang ia bisa merasa begitu, mengapa aku tidak? Aku ini apa? Jika hanya diam diam dan diam, membiarkan waktu menelan kebahagianku tentang cinta pertamaku yang tak berkesudahan. Bahkan malaikat sudah mulai bosan menghitung deretan doa yang serta dalam sujudku untuknya. Ah, bodoh. Bodohnya aku hanya menyukai dia seorang, mengapa tak berusaha menyukai orang lain yang jelas dan tak hanya sekedar khayalan belaka?

Pernah, aku pernah berusaha mencintai seseorang. Tapi, ah..aku terlalu takut dengan perasaanku sendiri, takut akan sakit lagi, gagal lagi, dan ujung-ujungnya menyimpannya dalam diam. Aku ingin berteriak saja kalau begitu, biar suaraku terdengar hingga kelangit tujuh menembus lapisan atmosfer dan bergema diseantero jagad. Membiarkan diriku mengungkapkannya dengan tulus dan jujur. Apa susahnya mendengarkan dan menjawabnya? Kau tak suka denganku? Lalu yang kau sukai seperti apa? Aku yang setiap hari selalu ingin berubah dan berkembang demi satu orang yang bahkan menoleh pun tak pernah. Aku tak peduli, kalau bisa dia berubah pikiran dan tak lagi memandangku rendah maka semua rasaku bisa terbalaskan.

Tapi, yasudahlah aku lebih menikmati keadaan ini. Mengagumi, lalu menyukai dan lama kelamaan mencintai dengan tulus, lebih tulus dari apa pun. Karena aku tak punya fisik dan materi yang bisa kutawarkan, hanya ketulusan yang sampai kapan pun sulit kau temukan bahkan kau beli dimana pun. Ah, rupanya begini suka duka mencintai walau dalam diam.

Creating for someone who never stop drop in my mind. Make my soul like full of confuse, I’m fool, I,m jerk and i dont know how to confront myself. I like you, but the fact it’s not easy being like each other. Haha, let the time expunge our bad memories I just wanna walk alone with my imagination till someday we’ll find a happy ending..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar