Senin, 30 November 2015

Fallin' in Love in the First Sight, Believe it?


691026734070144593_259220806.jpg (640×640)Saya kembali lagi dengan segudang rasa yang meledak-ledak sejak semalam. lagi-lagi saya kehabisan tempat untuk meluapkannya, dan saya pikir blog ini akan menjadi buku harian saya ketika dewasa. Lagi pula tak ada yang membacanya hehehe..

Oh, ya. Postingan ini disponsori oleh rasa baper tak terkendali sejak semalam. Ini semua gara-gara salah satu teman yang kalo di ajak curhat mendadak menjadi penjerumus kesyirikan wkwkwk *peacerim* duhh, lagi-lagi rima. Semoga ga bosen yaa baca nama ini!

Kalian percaya cinta pada pandangan pertama?
Mungkin sebagian orang percaya, tapi ga sedikit juga yang ga percaya. katanya, cinta pada pandangan pertama itu cintanya anak kecillah, cinta monyet, cinta yang cuma liat dari fisiklah, pokoknya banyak lagi. Tapi, percaya ga percaya saya adalah salah satu korban cinta pada pandangan pertama dan kebetulan dia cinta pertama saya. Ehh, ralat bukan pandangan pertama. Pandangan kedua, karna pandangan pertamanya selalu ga full body hehehe..

Saya ingat sekali waktu itu saya duduk di kelas satu SMP, bocah ingusan yang masih dekil dan ke sekolah naik sepeda mini rambut keriting dan bau matahari. Tapi, gitu-gitu udah bisa jatuh cinta, lucu sih kalau dibayangin. Lalu, jatuh cinta sama siapa? Hmm..ini yang agak berat. Aku bongkar yaa.. dia itu si ketua kelas. Entah kenapa, saya si bocah ingusan ini selalu ga berani menatapnya, deg-degan kalo deket-deket dia, apalagi kalo dia manggil...rasanya kaya malaikat manggil nyuruh masuk surga wkwkwk..

Yaelahh, kalo kaya gitu mahh semua orang juga ngerasaain kaliiii!!!
No! cerita saya agak melenceng dari normalnya. Cinta saya ini bertepuk sebelah tangan, si bocah ingusan ini pun sedihhh, bertahan mati-matian buat ngilangin rasa suka. Tapi temen-temen yang lain malah makin asik membully percintaan saya dan si ketua kelas. Si ketua kelas pun makin il feel dengan saya menyuruh saya menjauh padahal kami awalnya teman yang cukup baik. Saya merasa agak tertekan, serasa manusia yang paling tak punya harga diri. Walaupun saya waktu masih SMP tapi saya juga tahu malu!

Lanjut naik ke kelas dua SMP, tiga SMP lagi-lagi saya terjebak di satu kelas yang sama dengan si ketua kelas ini. "Gagal lagii gagal lagi.." kalimat itu selalu saya ucapkan setiap kali gagal move on karena tersihir pesonanya.

Setelah tiga tahun bersama dalam satu atap kelas, akhirnya SMA memisahkan kami. Saya sungguh bersyukur tak satu kelas bahkan satu sekolah lagi dengan si ketua kelas. Lalu, apa yang saya rasakan? Secara terang-terangan saya tidak bisa Move On, saya benci setiap kali di bilang "Kamu suka sama dia yaaa??" akhirnya saya mengakui "Tidak ada yang saya sukai selain dia!" lalu mereka makin penasaran "Dia, dia terus. Dia itu siapa?"
"Cinta pertama saya!" kalimat itu sempat membuat teman-teman saya tertawa, entah kenapa juga saya harus menceritakan tentang cinta tak terbalas saya ini pada semua orang. Adik, Ibu, mas, sepupu, bulek, bude, teman lama, teman baru, dan rasanya tak ada yang tak tahu tentang cinta bertepuk sebelah tangan saya ini.

Tanpa mereka banyak berkata, tapi saya seolah paham maksud dibalik kalimat-kalimat mereka. Intinya mereka mengingatkan saya jangan menjadi bodoh. Masih banyak laki-laki lain, apa yang kamu lihat dari dia? Itu hanya perasaan kekanakan. Come On! kamu sudah dewasa, kamu sudah berubah.

Akhirnya sekarang saya duduk di bangku kuliah, saya kuliah di salah satu institut negeri terkemuka di Bogor. Saya cukup bangga sekarang bisa keluar dari Palembang, setidaknya sedikit demi sedikit bisa menghapus jejak si ketua kelas ini. Tapi, yaaa hasilnya nihil. setiap hari saya mengintip semua akun social medianya. Malah terkadang ikut menimbrung diantara pembicaraannya yang hangat bersama orang lain.

Rasanya pengenn sekali berada diantara teman-temannya, setidaknya saya bisa menjadi teman seperti dulu lagi, right? akhirnya entah tersambar petir atau apaa? semalam waktu lagi chatting bareng rima dia curhat tentang masalah klasiknya sama si doi. Duhhh, saya si jomblo ini pun sok-sok memberi nasihat. Lalu saya menceritakan pada rima kalo si tulul (sebutan buat si ketua kelas yang ga peka-peka) udah punya pacar hehehe..saya pun nangis lagi meratapi kebodohan yang berlarut-larut ini. Tapi, ada saja godaan gara-gara kemarin subuh saya melihat notifikasi instagram saya kalau si tulul menyukai foto lama saya. Yaa, secara tidak langsung dia mungkin sudah menstalk seisi instagram saya. Gagallah move on untuk kesekian kalinya!

Saya menceritakan pada rima semua kejadian itu, ya! setelah beberapa kali mencari teman curhat. Rimalah yang ternyata selalu ada dan siap menampung curhatan saya yang itu-itu saja. Lantas apa respon rima?
Rima : "Add line mba men uji aku!!"
Saya  : "Tu nach (sambil kirim capture tanda bukti saya udah add si tulul)
Rima : "Chat la mbak!!!!"
Saya  : "Chat apo, olo ini, jerumusi aku, gek tungu di add balik"
Saya  : "Si tulul sudah add balik aku!"
Rima : "Chatlah!!!!"
Saya  : "Aku nak ngechat tulul, tapi profilnyo jadi serem nian (Ada nama pacarnya, tiba-tiba saya merinding)
Rima : "Chatlah, hai apa kabar, asik hahahaaha"
Saya  : "Bongok ini, abis itu ilang hargo diri aku!!"
Rima : "Dak apo"
Akhirnya dengan keberanian full, sebelumnya seumur hidup saya tak pernah punya nyali sebesar ini. seumur hidup!!! Akhirnya saya ngechat dia dengan kata-kata sok asik ala-ala teman lama yang tanya kabar.
Saya : "Oy, apo kabar?"
Tulul : "Alhamdulillah baek no :) Kau?
dan kurang lebih seperti itulah awal perbincangan saya dengan cinta pertama saya, setelah enam tahun harus menahannya kadang memendam bahkan menguburnya. Kini saya sudah berubah, kenapa harus malu. Saya punya cukup kepercayaan diri dengan apa dan siapa saya sekarang. setidaknya saya tak harus menghindari, membohongi, dan membodohi diri saya sendiri seperti pengecut. Ya, saya tahu tak selazimnya seorang perempuan memulai duluan. Tapi, saya kan hanya teman lama. bukan berarti saya ingin menjadi seseorang spesial atau something like this. No.

Lalu bagaimana perasaan saya setelah mendapat respon yang baik dari si tulul, orang yang saya kagumi sejak enam tahun lalu. Tentu saya sangat senang dan bahagia, saya melompat, berjingkrak, tak kalah jantung saya yang memompa kencang, napas saya tak beraturan, seperti saya kelepasan kontrol diri saya sendiri. TAPI, anehnya hal ini saya rasakan setengah jam pertama sejak chat pertama saya. Loh? kok seperti itu? Entahlahhh..saya juga aneh.

setelah setengah jam awal yang bahagia itu, saya merasa seperti benar-benar sedang ngobrol dengan teman lama tak lebih dari itu. Rasanya benar-benar berbeda, saya juga mengulik perasaan saya sendiri "Come on!! sejak enam tahun akhirnya lu punya keberanian buat nyapa dia! kenapa jadi biasa aja?" Entahlah sampai pagi ini juga saya masih berpikir keras dengan rasa ini.

Hingga saya menulis blog ini. Akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan dari cinta pertama, cinta bertepuk sebelah tangan, dan cinta pada pandangan pertama saya ini bahwa rasa suka yang saya pendam bertahun-tahun ini bukanlah rasa suka yang sebenarnya. Ya,,rasa ini adalah sebuah "penasaran tak berujung" sejak dulu saya ingin menjalin kedekatan layaknya teman normal dengannya tapi saya atas namakan itu rasa suka.

Penasaran,bagaimana kalau saya menyapanya? Bagaimana kalau saya bicara seperti ini? Apa yang dia pikirkan tentang saya? Saya itu siapa dimatanya? dan masih banyak pertanyaan lain yang saya tahan menahun hingga saya suka sakit sendiri. Padahal ketika saya sudah menyampaikan semuanya rasanya lega. Seperti tak pernah ada hal-hal aneh yang terjadi sebelumnya. Lagi pula kami sudah sama-sama dewasa, dia punya kehidupan cintanya sendiri dan saya? Mulai hari ini saya akan menata hati saya ini. menyusun pieces demi pieces hingga utuh kembali seperti enam tahun yang lalu. Membuka hati saya kembali pada orang-orang yang akan jadi comfortzone saya.

Oke, mungkin ini curahan hati saya. Ternyata selama enam tahun ini saya sendiri keliru dengan makna cinta, suka, dan orang spesial di hidup saya. Saya berharap pula si cinta pertama saya mendapat cinta sejatinya begitu pun dengan saya. Terima kasih sudah mau menyambut saya dengan hangat sebagai teman lama. So far, I'm blessed. Allah knows what i need and what i feel, i believe it.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar