Sabtu, 03 Agustus 2013

CERITA MUALAFNYA MAHER ZAIN

 Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Untuk mengenal lebih dekat penyanyi lagu berjudul Thank You Allah ini, Yahoo! Indonesia sempat berbincang dengan Maher Zain di sela kegiatannya yang padat di Jakarta. Kebetulan wawancara digelar hanya selang beberapa menit setelah diumumkannya berita kematian Osama bin Laden.

"Baru saja saya lihat beritanya di televisi. It's sad but good. Di satu sisi, dia seorang muslim. Dia saudara kita. Tapi apa yang dia lakukan itu salah. Islam tak pernah mengajarkan kita untuk membunuh orang-orang yang tak bersalah," ujar Maher.

Ternyata banyak yang orang belum tahu tentang pria kelahiran Lebanon, 16 Maret 1981 ini. Ternyata dia belum empat tahun memeluk agama Islam, dan sebelumnya ia pernah bekerja dengan produser musik Lady Gaga.

Simak perbincangan lengkap Yahoo! Indonesia dengan Maher Zain di bawah ini.

Apakah Anda sudah menekuni dunia nyanyi sejak kecil? ...

Sebenarnya saya baru mulai menyanyi sekitar 3,5 tahun yang lalu. Sebelumnya saya sudah bergerak di industri musik, tapi sebagai produser, bukan penyanyi.

Sesekali saya nyanyi juga, tapi biasanya hanya untuk demo. Saya dulu kerja dengan Red One (produser Lady Gaga, Jennifer Lopez, dll), saya banyak membantu di produksi musik dia.

“"Salah satu yang membuat saya terus melaju adalah karena banyaknya penggemar yang bilang bahwa lagu saya mengubah hidup mereka. "”

Lalu apa yang membuat Anda akhirnya beralih jadi penyanyi lagu religi? ...

Sampai 3,5 tahun yang lalu, saya jauh dari agama. Jauh dari Allah. Tapi alhamdulillah setelah itu saya memeluk Islam dan sadar bahwa banyak sekali yang bisa saya bagikan kepada anak-anak muda seusia saya dan yang berada di situasi yang sama dengan saya.

Saya ingin bisa menginspirasi mereka. Karena itulah akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan industri musik pop dan memilih jalan ini.

Sejak kapan Anda memeluk Islam? ...

Akhir tahun 2007, tepatnya bulan Ramadhan. Sebelumnya saya sangat tersesat dan serba bingung. Saya mulai mempertanyakan hal-hal seperti kenapa kita ada di dunia ini? Apa yang harus kita lakukan di sini? Apa tujuan kita hidup? Saya juga banyak berpikir tentang kematian, tentang kehilangan orang tua dan saudara-saudara.

Banyak sekali pikiran gila yang berkecamuk di benak saya, dan saya yakin banyak juga orang yang mengalami hal seperti ini.

Ditambah lagi saat itu saya berada di lingkungan yang buruk, dikelilingi teman-teman yang buruk pula. Alhamdulillah setelah saya memutuskan untuk memeluk Islam, saya mulai mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi. Sedikit demi sedikit saya mulai memahami.

Saat baru sampai di bandara Soekarno-Hatta, Anda disambut puluhan penggemar. Memang biasanya selalu seperti itu?

Tidak sama sekali. Itu terjadi juga di Malaysia, tapi sejujurnya saya nggak berharap banyak waktu saya datang ke Indonesia. Jadi sewaktu para penggemar menyambut kedatangan saya di bandara, saya sangat kaget. Indonesia mengagumkan sekali, fans di sini sangat suportif. Saya berterima kasih sekali atas dukungan mereka.

Sempat jalan-jalan di Jakarta? ...

Sayangnya tak ada waktu. Saya hanya sempat pergi ke sebuah pegunungan, saya lupa namanya, saat syuting sinetron Pesantren dan Rock n Roll. Itu pengalaman pertama saya berakting. Saya tak sabar melihat hasilnya.

Siapa inspirasi Anda dalam bermusik? ...

Passion bermusik sepertinya datang dari ayah saya, karena dia dulu juga seorang penyanyi. Keluarga ibu juga beberapa ada yang penyanyi. Tapi selama di dunia musik, saya belajar banyak dari Red One.

Apakah Anda berniat untuk merambah musik pop juga? ...

Insya Allah tidak. Lagi pula, apa yang dimaksud dengan musik pop? Apakah yang bisa untuk bergoyang? Apakah yang seperti lagunya Lady Gaga? Bagi saya, musik adalah musik. Jika musikmu bagus, pesannya akan sampai ke pendengar.

Sebagai penyanyi lagi religi, Anda termasuk orang yang religius juga kah? ...

Absolutely. Tapi apa sih definisi religius itu? Shalat, puasa, tentu saya jalankan. Tapi bagi saya Islam adalah jalan hidup. Bukan sesuatu yang saya jalankan sebagai sampingan. Islam is the way I'm living.

Berbuat baiklah pada sesama, hormati semua orang, jangan pernah sakiti orang tuamu bahkan dengan satu kata, apa pun yang diajarkan Islam, semuanya adalah hal yang baik. This is what Islam is for me and I'm trying to live it everyday.

Anda tinggal di Swedia. Sulitkah jadi seorang muslim di Swedia?

Nggak juga. Tentu saja agak lebih sulit dibandingkan muslim yang tinggal di Indonesia atau negara lain yang mayoritasnya pemeluk Islam.

Tapi alhamdulillah Islam sudah mulai berkembang di Swedia. Anak-anak muda muslim di sana sudah bisa memberi gambaran seperti apa Islam yang sesungguhnya dan orang-orang di sana pun sudah bisa melihatnya. Tentunya masih ada yang berpandangan negatif, tapi kami berusaha selalu mentolerir.

Apakah album Anda juga dijual di negara-negara yang mayoritasnya bukan muslim? ..

Saya rasa album saya bisa ditemukan di mana-mana. Bedanya, di banyak negara Barat, album saya tak akan ada di mall atau di toko CD besar, tapi hanya bisa diorder di iTunes, Amazon.com, atau di toko buku Islami.

Apa yang ingin Anda sampaikan lewat musik Anda? ..

Misi saya adalah membawa pesan perdamaian dan harapan, jadi inspirasi bagi pendengar untuk jadi lebih baik, dan menunjukkan karakter baik Islam.

Salah satu yang membuat saya terus melaju adalah karena banyaknya penggemar yang bilang bahwa lagu saya mengubah hidup mereka.

Banyak yang menangis mendengar lagu Insha Allah, Open Your Eyes, dan Thank You Allah, dan mereka bilang, "You don't understand how this song changed my life." Inilah yang membuat saya terus melakukan apa yang saya lakukan.

Bagaimana rasanya berduet dengan Fadly Padi? ...

Fadly is a very nice guy, orangnya sangat rendah hati. Dia di sini seorang bintang, tapi saat bertemu saya dia bilang bahwa dia penggemar saya juga. Saya belum pernah dengar lagu Padi sebelumnya, tapi kemarin saya sempat lihat video klip lagu religi yang Fadly nyanyikan, dan satu lagu yang jadi soundtrack Upin Ipin.

Anda juga sempat menyanyikan sepenggal lirik dalam Bahasa Indonesia. Sulitkah? ...

Nggak terlalu sulit. Saya sudah pernah diminta menyanyi dalam bahasa Inggris, Perancis, Arab, Turki, Urdu, Malaysia, dan Bahasa Indonesia.

Trik saya adalah menulis lirik bahasa tersebut sesuai dengan cara pengucapannya dalam bahasa Swedia, baru setelah itu saya nyanyikan.

Nah, masalahnya, saya baru dapat lirik berbahasa Indonesia ini saat sudah dalam perjalanan ke studio. Saya hanya punya waktu latihan selama 30 menit. Untungnya di studio ada Fadly dan orang-orang Sony Music yang membantu.

Wallahu’alam bishshawab, ..
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar