Bisa kusebut menjadi malam yang sempurna?
Dari pukul sembilan pagi, aku dan rombongan paduan suara bersiap menuju Gedung Erasmus Huis yang berada di dalam Kedutaan Besar Belanda. Excited! Tentu saja, meski ini konser keduaku tapi ini akan jadi konser kami yang pertama yang kami adakan di Jakarta. Pukul sepuluh akhirnya kami pergi dengan bis pariwisata dari kampus IPB Baranang Siang Bogor. Konser ini bagiku adalah konser penuh perjuangan, banyak sekali yang kukorbankan. Sungguh. Tenaga, pikiran, mental, hingga materi. Pulang hingga larut malam pun aku rela demi kesuksesan malam ini. Empat bulan, kurang lebih kami menyiapkan konser yang kami beri nama "Voicestra" ini.
Pukul setengah dua belas kami tiba dan langsung meletakkan barang bawaan kami. Gedungnya antik, batinku. Tak terlalu besar tapi tampak begitu anggun dengan aksen kayu dan pencahayaan yang sempurna. Aku berharap malam itu benar-benar akan menakjubkan! Kami melakukan pemanasan, latihan hingga kepalaku ingin pecah karena harus bernyanyi dibawah lampu sorot yang mungkin beratus-ratus volt itu. Pukul setengah tiga, akhirnya ka Ary si perfectionist condactor merelakan kami untuk berhenti latihan dan segera solat dan makan. Siang itu sungguh berkecambuk perasaan gugup tapi aku berusaha tampil semaksimal mungkin.
Selesai makan, Ka Ary memperbolehkan kami untuk berhias dan bersiap dengan kostum yang menjadi favoritku. Gaun bodyfit warna navy dengan aksen bunga silver yang mengelilingi bagian dada dia atas tile. Cantik! Aku yang tak terlalu pandai berhias malam itu mencoba saja sebisaku. Ya, yang kubisa hanya memoleskan bb cream dan bedak, itu saja. Untung kakak-kakak di D'voice mau aku repotkan, mulai dari kak Novi si spesialist alis, bulu mata, dan eye liner, Ka Zavira dan Fanny di bagian eye shadow, dan sisanya seperti blush on dan lipstik bisa ku kerjakan sendiri. setelah semua kurasa sudah tertempel diwajahku, aku melihat sebuah kosmetik bertuliskan Bronze, yang kutahu itu biasa digunakan oleh beauty blogger or vlogger agar wajahnya tirus dan sebagainya. Itupun akhirnya ku jajal di wajah abu-abuku. Sempurna! tak banyak berubah hahaha..
Pukul setengah enam sore, kami di panggil ke atas panggung sebelum open gate untuk melakukan photo session. Bangga sekali malam itu, walau aku tahu konser saja belum kami mulai. setelah photo session, kami diajak masuk lagi dan aku mendapati pesan dari Ivi, jika mereka tidak bisa hadir malam itu karena hujan deras sedang menerpa Bogor dari siang. Aku ingin menangis, tak lama notifikasi Whatsappku berbunyi, rupanya masiyo sudah duduk bertengger di dalam gedung, lega tentunya. setelah itu aku langsung menghubungi Nadya dan Rassel, untungnya mereka sudah berada di kereta walaupun masih di Depok Baru, terserah yang penting ada yang datang. Batinku.
Pukul tujuh malam, kami berdoa dipimpin Ka Ary, semua saling berpegangan dan membuat lingkaran berdoa agar malam itu Tuhan beri kami semua kelancaran. Berdoa selesai, kami pun satu persatu naik panggung, penonton kali itu sangat ramai. Aku sempat mencari-cari sosok Masiyo, Nadya, dan Rassel. Tapi gagal, karna keadaan penonton saat itu sangat gelap.
Kami menyanyikan lima lagu klasik di sesi pertama dan kembali masuk ke backstage. Jeda lima menit untuk pemutaran video dokentasi kami selama latihan. Aku masih berharap agar Nadya dan Rassel datang sebelum konser selesai. Ketika kami sedang menyanyikan lagu Nusantara, aku melihat sesosok Nadya sedang berjalan menuju tempat duduk paling depan dan langsung berhadapan dengan posisiku berdiri. Tapi kali itu ada yang janggal, Nadya dengan seorang laki-laki bukan dengan Rassel. Pikiranku berputar sempat terpecah menebak sosok laki-laki yang tampak akrab berbicara dengan Nadya. Kak Hagi! Batinku, tapi..ketika sosok laki-laki itu berdiri. Ya! aku sudah bisa melihatnya, sekalipun di dalam kegelapan. Ekik!! Rasanya aku ingin berteriak. Namun aku kembali fokus pada ka Ary, lalu ketika aku kembali melihat tempat Nadya duduk disebelahnya sudah ada Rassel. Aku sempat mencari sosok laki-laki mirip Eki itu, tapi gagal. "Ahh, cuma halusinasi" Dan tak terasa akhirnya kami menyelesaikan Konser malam itu dengan iringan tepuk tangan yang riuh rendah!! Bangga sekali menjadi bagian dari Chorister di konser ini. Aku perlahan berjalan meninggalkan panggung dan mendapati Nadya dan Rassel yang duduk di kursi paling depan senyum sumringah sambil memberi isyarat "Eno! Kita punya surprise buat elu!" Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka.
Masuk ke backstage, aku mengucapkan terimakasih dan selamat pada Cita si ketua pelaksana konser yang hampir menjual sebelah ginjal dan bola matanya demi konser ini. Lalu, panitia memperbolehkan kami untuk bertemu dengan keluarga dan teman yang sudah menunggu di dalam gedung. aku segera berlari, ingin memastikan "surprise" yang dikatakan Nadya dan Rassel sebelumnya. aku mendapati mereka sedang duduk di kusi yang sama, tapi tiba-tiba Indah (temanku di D'Voice) memberiku sebuke kecil bunga mawar. setelah mengucapkan terimakasih dan peluk sapa ke teman yang lain akhirnya aku berhasil menemui Nadya dan Rassel yang dengan senyum lebar menyambutku. "Nok, liat siapa yang dateng?" Kata Nadya sambil menoleh ke arah kanan mereka. Ya! benar! Aku mendapati Eki sudah duduk manis sambil tersenyum melihatku. Senyuman yang biasanya terlihat menjijikan, tapi malam itu membuat kupu-kupu di perutku berterbangan. Detik itu pun aku langsung menundukkan kepalaku, menutupi ekspresi salah tingkahku yang mungkin terlihat seperti anak TK yang diberi lolipop kesukaannya. "Ngapain dateng kesini sihh?" Pertanyaan terbodoh yang pernah keluar dari mulutku, aku tak tahu harus bertanya apa lagi. Aku hanya bisa bahagia. lalu dengan sembarangan dia menjawab "Kamu cantik banget malem ini. Sumpah, aku ga pernah lihat kamu secantik ini." Lalu aku menjawab dengan entengnya "Iyalah jelas, kamu orang yang ke 2872 yang ngomong kayak gitu." Rassel langsung mencengkram tanganku dan berbisik jangan ngomong seperti itu. Entahlah, aku bingung bagaimana merespon pujian dari sahabatku sendiri, selain candaan tak ada yang lebih masuk akal. Tak lama berselang, masiyo datang menghampiriku. Dia memanggilku, dan memberikan selamat kepadaku. Saat itu juga dia mendapati Eki yang dia tahu berdomisili di Palembang sedang menonton Konserku di Jakarta. setelah sesi foto dengan masiyo selesai, masiyo langsung pamit pulang karena takut kereta semakin malam semakin ramai.
Nadya dan Rassel masih melihatiku dengan pandangan aneh, memastikan kebodohan atau mungkin salah tingkah seperti apa yang akan muncul. Untungnya aku bisa mengkontrol semua itu. Syukurlah. Kami berfoto dan Eki dengan setia jadi juru fotonya, aku masih salah tingkah tapi bahagia!! setelah puas berfoto dengan Limbah kmn (Nama gengku dengan Nadya dan Rassel) akhirnya kami keluar dan mencari spot foto yang lebih memungkinkan. Lagi-lagi aku menanyainya kali ini sambil memukul otot lengannya yang besar itu "Kok bisa sihh, kalian ga ngasih tau bangettt" lalu dia menjawab dengan entengnya "Kan aku udah bilang waktu itu, aku bakal kayak Peter Parker yang dateng tiba-tiba di konsernya Mary Jane" Astaga! Aku tak pantas rasanya menerima semua kebahagiaan malam itu! Begitu sempurna!!!
Malam menunjukkan pukul setengah sepuluh dan aku bersiap untuk kembali ke Bogor bersama yang lain, tapi Nadya, Rassel, dan Eki masih setia menungguku disana hingga gedung itu akan ditutup. Aku sibuk mengobrol dengan yang lain hingga lupa jika disana ada Eki, dia membisikkanku "No, aku jauh loh dateng dari Palembang." Seketika aku langsung sadar dan melihat dia untuk pertama kalinya sebagai seorang laki-laki bukan lagi teman ataupun sahabat. Tampan, untuk pertama kalinya aku menyadari bahwa dia tampan dan aku bahagia dia disampingku malam itu. Hingga bis kami tiba, dia masih setia menungguiku sampai akhirnya grabnya datang dan malam itu terasa panjang. Aku masih gagal menyembunyikan kebahagiaanku. Bisakah malam ini kusebut sebagai hari terbaik di sepanjang tahun 2016? Aku bukan anak Raja yang pantas dianggap spesial, tapi tak tahu mengapa aku merasa menjadi putri yang paling beruntung malam ini.
Sepanjang perjalanan aku hanya bisa tersenyum, menyadari aku memiliki sahabat yang sangat perhatian seperti Eki. Seumur hidup, mungkin ini kejutan yang kedua kalinya setelah ulang tahunku yang ke tujuh belas dua tahun yang lalu..
Intinya, terimakasih untuk Allah, untuk semua komponen dari yang terkecil hingga yang terbesar yang membantu kesuksesan konser ini. Terimakasih untuk masiyo yang sudah datang dari Bandung ke Jakarta, makasih untuk Nadya dan Rassel yang rela menghajar hujan dan badai demi nonton konser aku. Dan, spesial thank you untuk Peter Parker yang sampai kapan pun bakal jadi sahabat yang paling romantis di dunia! Even someday u have a girl, don't ever forget to give me some surprises like last night!
Aku harap kebahagiaan malam itu jadi malam yang indah pula bagimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar